Analytics

Sunday, March 22, 2009

Potret Peradaban Manusia














Film dapat menggambarkan "Potret Peradaban Manusia". Di saat buku-buku teks tidak dapat berbicara banyak, film dapat melenggang dengan elegan membawakan pesan - pesan penuh makna. Lewat film pula, kita dapat menyampaikan kegelisahan, kemarahan, kesedihan, kegembiraan, atau perasaan apapun yang ingin diungkapkan.

Tapi, apakah kita selalu jujur terhadap perasaan kita? Seberapa jauh kita berjuang untuk suatu hal yang sebenarnya kita ingin sekali? Atau kita hanya bisa marah dan menyalahkan orang lain ?

Lewat foto di atas, saya bukan ingin berbicara mengenai lingkungan hidup, atau buruknya penataan kota sehingga kurangnya daerah resapan air. Tapi saya ingin berbicara mengenai kejujuran.

Mungkin, di saat kita sedang menggerutu mengenai ramainya pembalakan liar, beberapa polisi hutan di sana sedang bersusah payah mengawasi ribuan hektar hutan. Sekali lagi saya bukan ingin berbicara mengenai hutan, tapi saya ingin berbicara mengenai ekspresi.

Mungkin di saat kita ngomel-ngomel tentang buruknya pendidikan, di pelosok sana seorang guru tetap bertahan demi mengajarkan sedikit ilmu bagi sekian banyak muridnya.

Sekali lagi, tidaklah penting apa objeknya. Yang penting adalah di mana kita menempatkan diri kita. Apakah di garis perjuangan ? Ataukah kita tetap asik dengan kesenangan kita masing-masing, dan tidak jujur dalam mengekspresikan perasaan ?

No comments: